Skip to main content

Senyawa Steroid



Steroid
 
Pernahkah teman-teman mendengar tentang Steroid? Nah, Steroid merupakan senyawa penting dalam pengobatan. Keberadaannya sebagai salah satu diantara golongan senyawa metabolit sekunder diharapkan menjadi konstituen kimia yang memberi nilai pengobatan pada suatu tumbuhan.
1) Asal Usul
Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol.
Percobaan dengan jaringan hati hewan, emnggunakan 2,3 epoksiskualen yang diberi tanda dengan isotop 180 menunjukkan bahwa isotop 180 itu digunakan untuk pembuatan lanosterol menghasilkan (180)- lanosterol radioaktif. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa 2,3- epoksiskualen terlibat sebagai senyawa antara dalam biosintesa steroida. Molekul kolestrol terdiri atas tiga lingkar enam yang tersusun seperti fenantren dan terlebur dalam suatu lingkar lima. Hidrokarbon tetrasiklik jenuh yang mempunyai sistem lingkar demikian dan terdiri dari 17 atom karbon sering ditemukan pada banyak senyawa yang tergolong senyawa bahan alam yang disebut steroida.
2) Struktur Molekul

 

Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonya (Samejo dkk., 2013). Senyawa steroid memiliki kerangka dasar yang spesifik yaitu kerangka 1,2-siklopentanoperhidrofenantren, kerangka ini sekaligus merupakan ciri-ciri khusus yang membedakan steroid dengan senyawa organik bahan alam lainnya.
Steroid merupakan kelompok senyawa organik turunan dari tetrasiklik triterpen yang  memiliki kerangka dasar sterana jenuh dengan 4 cincin yang terdiri dari 3 cincin sikloheksana dan 1 cincin siklopentana.
Nama
Jumlah atom C
Jenis rantai samping(R)
Estran
17
-
Androstan
19
-H
Pregnan
21
-CH2CH3
Kolan
24
-CH(CH3)(CH2)2CH3
Kolestan
27
-CH(CH3)(CH2)3CH(CH3)2
Ergostan
28
-CH(CH3)(CH2)2CH(CH3)CH(CH3)2
Stigmastan
29
-CH(CH3)(CH2)2CH(C2H5)CH(CH3)2









Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh keempat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincin.
Nama trivial dan IUPAC senyawa steroid
Nama trivial
Nama IUPAC
Androsteron
3-hidroksi-5-androstan-17-on
Testosteron
17-hidroksiandrostan4-en-3-on
Kolesterol
3β-kolestan-5-en-3-ol
Asam cholat
Asam 3,7,12-trihidroksi-5-kolan-24-oat
Ergosterol
(22E)-ergosta-5,7,22-trien-3-ol
Estradiol
estra-1,3,5(10)-trien-3,17-diol
Estriol
estra-1,3,5(10)-triene3,16,17-triol
Estrone
3-hidroksiestra-1,3,5(10)-trien-17-on
Progesteron
pregnan-4-en-3,20-dion

3) Reaksi - reaksi
A.  Epimerisasi
Konformasi mempengaruhi kestabilan suatu struktur steroid. Pada sikloheksan monosiklik, kesetimbangan konformasi mudah dicapai, dimana substituent yang ukurannya lebih besar akan mengambil kedudukan ekuatorial. Pada kedudukan aksial, substituen R mengalami antaraksi tolak-menolak dengan dua atom hidrogen aksial, yang msing-masing terikat pada atom karbon nomor tiga dari atom karbon dimana gugus R terikat. Antaraksi tersebut menimbulkan tegangan molekul, namun tegangan tersebut dapat dihilangkan jika konformasi molekul berubah sehingga gugus R mengambil posisi ekuatorial. Pada steroid, perubahan konformasi tersebut tidak dapat dilakukan dengan leluasa, karena molekul steroid bersifat kompak.  Hasil epimerasi memberikan suatu campuran dengan epikolestanol, dimana kolestanol merupakan 90% dari campuran. Dengan memperhatikan kedua konfigurasi dari gugus hidroksil pada kolestanol yaitu ekuatorial sedangkan pada epikolestanol aksial, sehingga kestabilan kolestanol lebih tinggi dibanding epikolestanol.
B.  Reaksi esterifikasi
Hampir semua steroid alam mengandung gugus fungsi oksigen, misalnya gugus hidroksil pada karbon C3. Oleh karena itu, reaksi pada posisi yang mengandung gugus itu penting dalam pembahasan reaksi steroid. Berbagai reaksi esterifikasi yang lazim dikenal dapat pula digunakan dalam steroid. Kereaktifan suatu gugus hidroksil terhadap reaksi esterifikasi ditentukan oleh orientasi gugus itu, aksial atau ekuatorial, dimana gugus hidroksil yang ekuatorial lebih mudah diesterifikasi daripada gugus hidroksil yang aksial, yang terikat pada posisi yang sama. Perbedaan laju esterifikasi dipengaruhi oleh halangan ruang (faktor sterik) yang menghalangi terjadinya serangan pada gugus hidroksil itu.  Pada reaksi tersebut, esterifikasi hanya dapat terjadi pada salah satu dari dua gugus hidroksil, yakni pada gugus hidroksil ekuatorial yang terikat pada atom c-3. Hal ini disebabkan oleh, gugus hidroksil yang satu lagi (terikat pada atom c-6) mempunyai halangan ruang, karena halangan ruang ini, pembentukan senyawa kompleks transisi sukar terjadi, yang mengakibatkan gugus hidroksil ini tidak rekatif (Arifin, 1986).
C.  Hidrolisa ester steroid
Salah satu reaksi ester yang terpenting ialah hidrolisis dalam suasana basa (saponifikasi) yang menghasilkan alkohol. Hidrolisis ini biasanya dilakukan dengan jalan memanaskan ester steroid dengan natrium hidroksida atau kalium hidroksida dalam methanol atau etanol. Seperti pada esterifikasi, kereaktifan gugus ester dari molekul steroid terhadap hidrolisa tergantung pada konformasi dan keadaan lingkungan dari gugus itu. Umumnya, ester yang ekuatorial lebih mudah dihidrolisis daripada gugus ester yang aksial. Misalnya, laju hidrolisis dari 3β-asetoksi-5α-kolestan adalah tiga kali lebih besar dibanding 3α-asetoksi-5α-kolestan yang mempunyai gugus ester aksial (Arifin, 1986).
D.   Oksidasi steroid
Pada oksidasi alkohol sekunder dari steroid dengan asam kromat, gugus hidroksil yang aksial (mempunyai halangan ruang) lebih mudah dioksidasi daripada gugus hidroksil yang ekuatorial. Hal ini disebabkan oleh tahap reaksi yang menentukan laju oksidasi ialah serangan basa terhadap atom hidrogen dari gugus CH-OH setelah gugus ini membentuk ester kromat. Sebagai contoh dapat diambil perbandingan laju oksidasi dari kolestanol dan epikolestanol oleh asam kromat, dimana laju oksidasi epikolestanol adalah delapan kali kolestanol. Kecilnya laju oksidasi dari kolestanol disebabkan serangan terhadap atom hidrogen aksial dari gugus CH-OH pada C-3 yang mengalami halangan oleh antaraksi dengan atom-atom hidrogen aksial pada C-1 dan C-5. Sedangkan pada epikolestanol, atom hidrogen ekuatorial pada C-3 tidak mengalami halangan ruang sehingga mudah diserang (Arifin, 1986).
4) Isolasi dan pemurnian serta penentuan struktur
Isolasi mempunyai pengertian memisahkan sesuatu yang kita anggap penting dari bahan-bahan lain yang bersifat seperti kontaminan. Isolasi senyawa bahan alam baik yang berasal dari tumbuhan, hewan, mikroorganisme, biota laut, dan lain-lain dimaksudkan untuk memisahkan senyawa yang bermanfaat baik untuk kepentingan industri farmasi, kosmetika, pangan dan obat-obatan. Senyawa-senyawa tersebut umumnya disebut sebagai metabolit sekunder dan jumlahnya cukup kecil sehingga perlu diisolasi atau dipisahkan dari bagian-bagian lain atau senyawa-senyawa lain yang dianggap tidak penting.  Secara garis besar, proses isolasi dengan menggunakan metode Bioassay adalah sebagai berikut (Sudarma, 2014) :
Pemilihan sampel atau ekstrak yang aktif. Ekstraksi ulang sampel tumbuhan menggunakan pelarut organik yang sesuai. Ekstrak yang aktif, diisolasi kandungan kimianya menggunakan berbagai macam cara kromatografi. Pada tahap awalnya ekstrak akan terpisah menjadi fraksi-fraksi. Dimana satu fraksi kemungkinan masih mengandung berbagai senyawa kimia. Tiap fraksi kemungkinan masih mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda yang selanjutnya diuji bioaktivitasnya. Fraksi yang aktif terhadap bioassay dipilih untuk selanjutnya dipisahkan lagi menggunakan metode kromatografi. Cara ini berulang sampai akhirnya didapatkan senyawa murni yang mempunyai aktivitas farmakologis yang diinginkan. Senyawa murni yang diisolasi selanjutnya ditentukan struktur kimianya. Pengetahuan dasar yang diperlukan dalam proses penentuan struktur senyawa kimia adalah pengetahuan mengenai spektroskopi.
Steroid berperan penting bagi tubuh dalam menjaga keseimbangan garam, mengendalikan metabolisme dan meningkatkan fungsi organ seksual serta perbedaan fungsi biologis lainnya antara jenis kelamin. Tubuh manusia memproduksi steroid secara alami yang terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Sebagai contoh steroid dari garam empedu, seperti garam deoksikolik, asam kholik dan glisin serta konjugat taurin yang berfungsi memperlancar proses pencernaan (Bhawani dkk., 2011). Berdasarkan sumbernya steroid dibedakan atas steroid sisntetis dan alami. Steroid sintetis yang umum digunakan adalah glukokortikosteroid, estrogen, metilprednisolon, kortikosteroid, androgen, squalamine dan hydrocortisone. Senyawa ini juga digunakan untuk pengobatan penyakit akibat kelebihan atau kekurangan hormon, penyakit berbahaya serta penyakit lainnya seperti radang sendi dan alergi (Bhawani dkk., 2011). Sterol tumbuhan yang telah lama dikenal adalah campesterol, stigmasterol dan β-sitosterol. Sterol ini menunjukkan efek menurunkan kolesterol dan antikarsinogenik. Efek antiangiogenik diduga melibatkan aksi senyawa tersebut sebagai antikanker (Choi dkk., 2007). Stigmasterol dimungkinkan untuk mencegah penyakit kanker tertentu, misalnya kanker ovarium, prostat, payudara dan kanker usus besar karena mempunyai potensi antioksidan, hipoglikemik dan mampu menghambat tiroid (Gabay dkk., 2010; Panda dkk., 2009). 

Permasalahan :
1) Bagaimana cara menentukan struktur senyawa steroid ?
2) Bagaimana bioaktivitas senyawa steroid?
3) Bagaimana manfaat senyawa steroid pada manusia ?
4) Mengapa pada oksidasi alkohol sekunder dari steroid dengan asam kromat, gugus hidroksil yang aksial lebih mudah dioksidasi dari pada gugus hidroksil yang ekuatorial?
5) Pada isolasi pemurnian senyawa steroiod, mengapa ekstraksi ulang sampel tumbuhan menggunakan pelarut organik yang sesuai ?





Comments

  1. BaiklBa saya akan menjawam permasalahan No 3:
    Tergantung pada fungsi mereka, steroid diklasifikasikan menjadi berbagai jenis. Misalnya, steroid adrenal, yang disekresikan oleh kelenjar adrenal, melaksanakan berbagai fungsi metabolisme. Sedangkan, steroid anabolik, disekresi pada testis, terutama terlibat dalam pertumbuhan otot. Pikirkan tentang steroid, dan hal pertama yang terlintas dalam pikiran kita adalah meningkatkan kinerja obat, yang sering digunakan oleh atlet.
    Steroid adrenal adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar adrenal. Organ-organ kelenjar terletak di dekat dengan ginjal. Untuk lebih spesifik, korteks adrenal, wilayah luar kelenjar adrenal terlibat dalam produksi hormon.
    Androgen (hormon seks pria) dan estrogen (hormon seks wanita) adalah dua jenis utama steroid seks. Di antara hormon seks pria, testosteron adalah chief androgen.
    Steroid anabolik adalah hormon yang menampilkan aktivitas androgenik, dan fungsi yang sangat mirip dengan testosteron. Disintesis dalam testis dan ovarium, mereka merangsang sintesis protein dalam sel-sel otot rangka. Sederhananya, steroid anabolik, seperti hormon pertumbuhan, meningkatkan pertumbuhan otot dan membantu untuk mendapatkan otot yang lebih kuat. Mereka juga membantu dalam pengembangan dan pemeliharaan karakteristik maskulin.

    ReplyDelete
  2. NO. 1

    Terdapat hubungan antara biosintesis, metode isolasi, dan penentuan stuktur senyawa bahan alam sangatlah erat. Ketiga proses tersebut terjadi secara berurutan. Suatu senyawa bahan alam terlebih dahulu di sintesis agar diketahui proses/ reaksi kimia yang terjadi dalam memperoleh senyawa kimia yang diinginkan. Setelah itu diisolasi dengan metode tertentu agar dapat dipisahkan dari senyawa lain yang terkandung di dalamnya. Dengan melakukan isolasi suatu senyawa, maka kita dapat menentukan struktur dari senyawa tersebut.

    ReplyDelete
  3. Saya akan menjawab soal nomor 3
    Peran steroid pada hewan dan manusia
    Steroid sebagai obat peradangan
    Pada umumnya, fungsinya dikenal sebagai peningkat massa dan kekuatan otot. Namun sebenarnya bila digunakan secara memadai, di bawah pengawasan dokter, kortikosteroid merupakan obat yang cukup ampuh dalam mengatasi peradangan dan mengurangi rasa nyeri. Disamping kemampuannya dalam meredakan nyeri, steroid juga bekerja langsung pada kimiawi otak untuk meningkatkan mood dan mengurangi sensasi nyeri.

    Kortikosteroid

    Steroid merupakan obat yang cukup ampuh dalam meredakan nyeri, tetapi memiliki banyak resiko (Sudarma, 2014).

    Berikut ini beberapa hormon steroid alam (Arifin, 1986) :

    Estrogen
    Menstimulasi organ seksual betina.



    Estron Estradiol



    Androgen
    Menstimulasi organ seksual jantan.



    Testosterone Androsteron

    Progestogen
    Menstimulasi uterus.

    Progesterone



    Adreno kortikoid
    Transpor elektrolit, mencegah peradangan.

    Kortison Aldosteron

    Selain, berperan sebagai hormon seperti yang tercantum, steroid pada hewan dan manusia termasuk juga kolesterol, yang berfungsi untuk: (Susilawati, 2001)

    Struktur membran
    Sebagai vitamin (misalnya vitamin D yang diperoleh dengan pemanasan ergosterol)
    Sebagai feromon

    ReplyDelete
  4. Saya akan menjawab soal no 4
    Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 1985).
    Pemilihan pelarut
    Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat kandungan kimia (metabolit sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus polar senyawa tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut non polar. Derajat kepolaran tergantung kepada ketetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar pelarut tersebut (Ditjen POM, 1992).

    Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1992):

    Kapasitas besar
    Selektif
    Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah) Cara memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan vakum.
    Harus dapat diregenerasi
    Relative tidak mahal
    Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan uap
    Viskositas cukup rendah

    ReplyDelete
  5. No 2
    Bioaktivitas atau sering disebut isolasi senyawa steroid... Secara garis besar, isolasi senyawa steroid dari teripang terdiri dari dua tahap yakni mengekstraksi bagian lemak pada teripang, kemudian dilanjutkan dengan mengekstraksi senyawa steroidnya. Berikut merupakan salah satu penelitian yang dilakukan Sarifah Nurjanah, dkk (2009) untuk mengidentifikasi steroid teripang pasir (Holothuria scabra) yang ada di Indonesia.
    a. Prosedur
    Ekstraksi steroid teripang dilakukan dengan dua tahap, yaitu ekstraksi lemak kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi steroid. Ekstraksi lemak dilakukan dengan pelarut aseton dengan cara maserasi, selanjutnya dilakukan proses penyabunan dengan menggunakan larutan KOH 1 M dan dilakukan refluks pada suhu 70⁰C selama 1 jam. Steroid diekstrak dengan menggunakan pelarut dietil eter.
    b. ldentifikasi senyawa steroid
    Identifikasi keberadaan senyawa steroid pada teripang dilakukan dengan reaksi warna menggunakan pereaksi liebermann burchard yang terdiri dari kloroform, asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat.
    c. Karakterisasi senyawa steroid
    Karakterisasi senyawa steroid teripang dilakukan dengan melihat bobot molekul dan struktur molekul menggunakan liquid chromatography-mass spectroscopy (LC-MS), nuclear magnetic resonance (NMR) dan fourier transform-infra red (FT-IR). LC-MS yang digunakan adalah Mariner Biospectrometry/ Perkin Elmer Series 200 dengan sistem ESI (Electrospray Ionisation), pelarut metanol dan air dengan perbandingan 8:2 (metanol:air) dengan menggunakan kolom C18 (RP 18) Vydac. FT-IR yang digunakan adalah IR Prestige-21 FT-IR Shimadzu dengan metode diffuse reflectance (DRS). Pengukuran spektra 1H NMR dan 13C NMR menggunakan NMR JNM-ECA 500 dengan pelarut CDCl3 (kloroform-D) dan TMS (tetramethylsylane) sebagai standar internal. Penentuan senyawa dan struktur molekul dilakukan dengan bantuan software DNP Chapman and Hall dan ChemOffice 2006.

    ReplyDelete
  6. nama say dolla mulyana harnas dengan nim a1c116080 akan mencoba mnejawab nomor 5 yaitu karena pelarut organik dapat menembus dinding sel pada tumbuhan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Senyawa Terpenoid

“ Terpenoid ” Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas tentang Terpenoid. Nah apa itu terpenoid? Dari mana ia berasal dan bagaimana struktur nya? Untuk lebih jelasnya, mari kita sama-sama membaca dan mencermati artikel ini. 1. Asal Usul Tumbuhan tropis diyakini memiliki kemampuan merekayasa beranekaragam senyawa kimia yang mempunyai berbagai bioaktivitas tertentu. Kemampuan tersebut salah satunya akibat mekanisme pertahanan diri terhadap ancaman lingkungan, baik faktor iklim maupun gangguan herbivora, serangga dan hama penyakit. Untuk itu, tumbuhan tropis dapat menghasilkan senyawa-senyawa kimia alami yang bersifat pestisida, insektida, antifungi dan sitotoksik. Tumbuhan berkhasiat secara tradisional telah banyak digunakan oleh masyarakat ketika penyembuhan secara medis susah dijangkau secara ekonomi ataupun pengobatan secara medis tidak lagi memberikan harapan penyembuhan. Untuk itu, pemanfaatan tumbuhan berkhasiat dalam penyembuhan penyakit sangat potensial dan p

Fenil Propanoid

Fenil Propanoid Sebelumnya kita sudah pernah membahas tentang senyawa alkaloid, steroid, flavonoid dan lainnya. Nah di postingan kali ini kita akan membahas tentang senyawa Fenil Propanoid. Langsung saja untuk lebih jelasnya, mari simak pembahasan berikut. Perintis senyawa fenilpropanoid awal adalah asam sinamat dan asam p-hidroksinamat, yang juga dikenal dengan nama asam p-kumarat. Dalam tumbuhan, senyawa ini dibuat dari asam aromatis amino fenilalanin dan tirosin, secara bergantian, dan tersintesis melalui jalur asam sikimat. Seperti yang terlihat dari namanya, kebanyakan senyawa yang terkandung dalam strurkturnya adalah cincin fenil yang terletak dalam tiga sisi rantai karbon propana. Karena kebanyakan fenil propanoid di alam merupakan fenolik dengan satu atau lebih kelompok hidroksil dalam cincin aromatis, maka sering disebut sebagai tumbuhan fenolik. Beberapa senyawa dianggap sebagai penyingkatan fenil propanoid baik tanpa rantai samping seperti katekol at